Langsung ke konten utama

Januari, bulan ketujuh


Manusia adalah wujud yang Tuhan anugerahkan untukku, mempercayaiku untuk menjadi sosok pemimpin di Bumi. Beruntung aku tidak diciptakan Dia sebagai sosok babi atau anjing, bahkan sebagai rumput ilalang yang terkekang dengan tanah yang basah. Tegak berdiri sendiri berkaki dua berteguh pada satu keyakinan, adalah seharusnya bentuk rasa syukur karena aku hadir bukan sebagai hidangan di Bumi.
Satu kenikmatan dan keindahan telah Dia suguhkan dengan menjadikan aku sebagai manusia, dan keindahan lainnya telah Dia taruh di belahan Bumi yang aku sendiri pun tidak tahu sekarang keberadaannya. Sudah dihadirkannya Dia sebagai tulang rusuk yang siap melidungi sel-selnya dari kerapuhan, sebagai telinga untuk mendengar, sebagai hati untuk mencintai. Sayang, hari ini aku belum siap untuk menjemputnya. Setidaknya aku masih ingin mencoba untuk sedikit lebih baik dari sebelumnya, mencoba untuk tidak melukai, dan mencoba untuk jujur pada diri sendiri.

Selain dari kesalahan
Manusia juga butuh kehilangan untuk mengerti

Di Bandung tahun lalu, aku menuliskan sedikit catatan caption itu di Instagram. Entah sudah berapa kali kesalahan yang kubuat sampai saat ini, nyatanya Tuhan datangkan juga kehilangan itu. Mungkin supaya mengerti, mengerti bahwa semua manusia tidak abadi, mengerti bahwa kita sudah tak lagi disebut sebagai abg, mengerti bahwa sesuatu yang baik hanyalah untuk yang baik, dan yang buruk untuk yang buruk juga. Mengerti bahwa kaki untuk melangkah bukan untuk duduk, mengerti bahwa aku hidup bukan di zona yang tepat, dan mengerti bahwa aku adalah abu-abu.
Dari kecil sudah berapa jilid komik, kisah nusantara yang kubaca, dan hampir dua puluh lagu nasional aku bisa memainkannya dengan piano kecil yang dibelikan bapakku lima belas tahun yang lalu, bahkan sudah berapa lembar kertas yang aku jadikan sebagai cerita pendek dan kisah legenda Indonesia kala itu.  Sayangnya aku tidak pernah menyadari bahwa itu adalah hal yang membuatku bahagia, sesuatu yang membuatku nyaman, sesuatu yang membuatku lupa dengan waktu. Aku malah menutupi semua itu dengan hobiku yang lain seperti sepakbola dan bermain game, karena itu lebih keren menurutku waktu itu. Dan lebih fatalnya, bapakku membawakan aku sosok robot Pentium untuk dipelajari dan dimengerti. Memang itu membuatku senang, tapi aku tak bisa berlama-lama dengan mereka, mereka membuatku pusing dan lelah, dan membuatku jenuh, karena mereka hanyalah sebuah program yang dibuat untuk kepentingan formal dan menghasilkan uang. Mereka tidak bisa bersenang-senang, mereka tidak bisa membuatkan dunia yang ada dalam impianku, dan mereka itu membosankan. Dan sekarang, apa aku salah memilih jurusan program studi?
Yang terpenting untuk kehidupanku selanjutnya adalah aku hanya ingin melakukan apa yang membuatku nyaman melakukannya, bukan untuk terlihat hebat didepannya. Meskipun kita terlihat hebat didepan mereka, tapi kita tidak nyaman melakukannya, untuk apa?
 
Kita dilahirkan ibu untuk menjadi cerdik
Bukan untuk menjadi orang munafik

Januari tahun ini sangat keren, dia membuat semua orang sedikit lebih dewasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mei, bulan kesebelas

Rahmat Tuhan datang di purnama ini, Ramadhan yang suci. Aku merasa bersalah pada Tuhan, sudah berturut-turut aku merusak ramadhan saat itu. Aku tidak pernah baik bahkan suci untuk melakukan semua itu. Yang jelas aku hanya ingin sedikit lebih jujur pada diri sendiri bahwa sebenarnya sudah saatnya untuk mendewasakan diri. Belajar lebih jujur untuk diri sendiri, tidak munafik untuk melakukannya. Sudah datang kali ini, Di bulan sabit awal yang baik Ada pengagumnya ternyata Aku mencintai pengagum sabit itu Memulai Ramadhan dengan suasana berbeda tentu saja itu pilu, dimulai dengan harus memulai hidup yang lebih bersih dan disiplin. Meskipun itu memang untuk kebaikan bersama. Tapi tetap saja kadang merasa malas untuk melakukannya. Ditambah lagi dengan kesibukan yang membuat so sibuk, merasa aku adalah makhluk paling sibuk di Bumi. Sibuk bekerja, sibuk menjadi sedikit baik, sibuk juga mengingatmu. Tentu saja. Berbeda tidak harus tentang sedih, kali ini aku hanya ingin sedikit menyamp...

Maret, bulan kesembilan

Demikian pula dengan rencana, aku tidak pernah menyangka Maretku akan sebahagia ini. Sangat diluar dugaan ketika aku berani untuk memulai kembali, rencana memang hebat. Tidak ada yang tahu akhirnya seperti apa, tapi kita benar-benar diharuskan untuk menerima. Bingung sepertinya jika harus digambarkan kebagiaan yang sedang terjadi saat ini, dimana disisi lain banyak korban yang berjatuhan di purnama ini. Dengan wabah yang tidak dipersilahkan datang, malah memaksa masuk untuk ikut campur dalam kebahagiaanku. Mengapa tidak dibunuh saja orang-orang seperti mereka yang bawa-bawa penyakit, kenapa harus diobati yang bahkan mereka saja tidak peduli pada kesehatan dan kebahagiaan kita. Tapi tidak dengan dia yang sudah diciptakan satu paket dengan Humanitarianisme nya, aku menghargai itu bahkan aku mulai peduli dan senang. Aku selalu ingin tahu apa saja kegiatan yang dia lakukan untuk melakukan kepedulian pada orang lain yang bahkan dia sendiri tidak mengenalnya, aku selalu ingin mende...

April, bulan kesepuluh

Pernah berjanji pada satu hati? Pada satu nama? Kepada orang yang telah mempercayai kita seutuhnya. Bukan hanya sekedar ucapan atau bahkan sebuah tekad sementara. Tapi menurutku, adalah sebuah tanggung jawab besar yang harus digenggam kemana pun pejanji itu bertepi. Aku pernah sekuat itu menyampaikan janji, janji yang kukira harus dipenuhi meskipun melapuk dengan waktu. Mengikrarkan sebuah ikatan yang dibangun atas nama kita. Apa yang terjadi ketika aku si pejanji tidak memenuhi janji nya, tapi masih ingin berusaha untuk mewujudkannya? Kemudian si pemakan janji sudah kenyang begitu saja, atau bahkan ingin memakan janji orang lain? Sebegitu jatuhnya seorang pejanji yang merasa tidak bertanggung jawab atas semua mimpi yang dia taruh kepadanya, sebuah mimpi yang pernah mengikat sepasang manusia. Pemimpi yang mempunyai tujuan yang sama, titik akhir yang serupa, dan harapan yang selaras. Kemudian menghilang. Kupikir itu semua salahku Ternyata semua manusia memang salah Ketika sudah...