Langsung ke konten utama

Mei, bulan kesebelas


Rahmat Tuhan datang di purnama ini, Ramadhan yang suci.
Aku merasa bersalah pada Tuhan, sudah berturut-turut aku merusak ramadhan saat itu. Aku tidak pernah baik bahkan suci untuk melakukan semua itu. Yang jelas aku hanya ingin sedikit lebih jujur pada diri sendiri bahwa sebenarnya sudah saatnya untuk mendewasakan diri. Belajar lebih jujur untuk diri sendiri, tidak munafik untuk melakukannya.

Sudah datang kali ini,
Di bulan sabit awal yang baik
Ada pengagumnya ternyata
Aku mencintai pengagum sabit itu

Memulai Ramadhan dengan suasana berbeda tentu saja itu pilu, dimulai dengan harus memulai hidup yang lebih bersih dan disiplin. Meskipun itu memang untuk kebaikan bersama. Tapi tetap saja kadang merasa malas untuk melakukannya. Ditambah lagi dengan kesibukan yang membuat so sibuk, merasa aku adalah makhluk paling sibuk di Bumi. Sibuk bekerja, sibuk menjadi sedikit baik, sibuk juga mengingatmu. Tentu saja.

Berbeda tidak harus tentang sedih, kali ini aku hanya ingin sedikit menyampaikan keindahan di purnama ini. Kalau ditulis semua, butuh pena yang banyak dan tangan yang terampil untuk itu. Karena kalian harus percaya, sulit menggambarkan kebahagiaan yang sebenar-benarnya. Dan itu sedang datang padaku kali ini.

Pekerjaan memang membuat lelah
Takjil pun ingin terasa mewah
Untuk senyum itu yang memerah
Biar saja aku dibilang serakah

Tidak aku tulis juga terlalu religi karena aku juga tidak pandai menjadi seorang yang beragama. Itu sudah jelas. Aku hanya sebagai hamba yang sama, katanya di bulan suci semua mimpi bisa terwujud. Harapan aku juga begitu, sebaik-baiknya manusia yang ingin mewujudkan mimpinya.

Setelah idul fitri, semuanya kembali dari awal. Orang-orang memulai kembali aktifitasnya, memulai kembali amalnya, dan memulai lagi mimpinya. Semoga semuanya baik-baik saja, begitu pun dengan kamu.

Kalau ada orang bilang, "jangan mimpi ketinggian"
Merekalah orangnya
Orang yang tak mampu bermimpi dan menjadi pemimpi yang baik.

Menurutku, bermimpi lah yang jauh
Jangan kalah sama orang yang tidur
Mereka saja bisa menciptakan mimpinya sendiri


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maret, bulan kesembilan

Demikian pula dengan rencana, aku tidak pernah menyangka Maretku akan sebahagia ini. Sangat diluar dugaan ketika aku berani untuk memulai kembali, rencana memang hebat. Tidak ada yang tahu akhirnya seperti apa, tapi kita benar-benar diharuskan untuk menerima. Bingung sepertinya jika harus digambarkan kebagiaan yang sedang terjadi saat ini, dimana disisi lain banyak korban yang berjatuhan di purnama ini. Dengan wabah yang tidak dipersilahkan datang, malah memaksa masuk untuk ikut campur dalam kebahagiaanku. Mengapa tidak dibunuh saja orang-orang seperti mereka yang bawa-bawa penyakit, kenapa harus diobati yang bahkan mereka saja tidak peduli pada kesehatan dan kebahagiaan kita. Tapi tidak dengan dia yang sudah diciptakan satu paket dengan Humanitarianisme nya, aku menghargai itu bahkan aku mulai peduli dan senang. Aku selalu ingin tahu apa saja kegiatan yang dia lakukan untuk melakukan kepedulian pada orang lain yang bahkan dia sendiri tidak mengenalnya, aku selalu ingin mende...

April, bulan kesepuluh

Pernah berjanji pada satu hati? Pada satu nama? Kepada orang yang telah mempercayai kita seutuhnya. Bukan hanya sekedar ucapan atau bahkan sebuah tekad sementara. Tapi menurutku, adalah sebuah tanggung jawab besar yang harus digenggam kemana pun pejanji itu bertepi. Aku pernah sekuat itu menyampaikan janji, janji yang kukira harus dipenuhi meskipun melapuk dengan waktu. Mengikrarkan sebuah ikatan yang dibangun atas nama kita. Apa yang terjadi ketika aku si pejanji tidak memenuhi janji nya, tapi masih ingin berusaha untuk mewujudkannya? Kemudian si pemakan janji sudah kenyang begitu saja, atau bahkan ingin memakan janji orang lain? Sebegitu jatuhnya seorang pejanji yang merasa tidak bertanggung jawab atas semua mimpi yang dia taruh kepadanya, sebuah mimpi yang pernah mengikat sepasang manusia. Pemimpi yang mempunyai tujuan yang sama, titik akhir yang serupa, dan harapan yang selaras. Kemudian menghilang. Kupikir itu semua salahku Ternyata semua manusia memang salah Ketika sudah...