Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

September (Logika)

Rasa dan logika keduanya saling berdekatan, namun bersebrangan. Anda, siapapun itu tidak dijelaskan pasti sudah mengerti bukan? Semua orang memang begitu. Sengaja saya catat di September ini dalam dua sudut pandang yang berbeda, ada perbedaan yang begitu mencolok, ketika rasa yang masih ingin sedikit menetap tapi logika sudah tidak ingin mengharap. Bagaimana jika nanti Tuhan menyatukan kembali atas dasar takdir? Begini saja, mari saya ajak untuk masuk dalam logika, menghitung seberapa bodohnya saya kemarin, dan saya beritahu rumus dalam sebuah takdir. Oh ya, untuk kali ini tulisannya tertulis saya. Karna aku, terlalu akrab untuk kita yang terlanjur asing. (Penggalan puisi dari : Elysia) Teman kerja saya pernah mengatakan bahwa, waktu yang paling tepat untuk seorang pria berpikir adalah waktu malam. Dan malam saat itu, ketika saya mengatakan untuk memutuskan hubungan, membuat saya menguras seluruh malam saat itu. Entah itu kebodohan atau rasa yang mengatakan bahwa sa...

September, Bulan Ketiga (Rasa)

Selalu memberikan kejutan dengan isi yang dia punya, itulah, September. "Sreekk!" Kusobek lembaran kalender purnama lalu, diganti dengan lembaran baru. Kulingkari tanggal satu, anehnya logikaku masih membisu. Bangkit! Bangkit! Bangkkiiiit! Aku terus mencoba memaksakan kehendakku untuk mencoba dan mencoba memulai, mustahil sepertinya jika aku terus berlarut dalam kepedihan yang aku sendiri tidak tahu kapan semuanya akan berakhir. Gelombang pasang surut lautan dalam menerpa pantai dengan pohon kelapa di pesisirnya, melenggut - melenggut, mengikuti arah mata angin yang seenaknya datang dari utara, lalu membalikan arahnya dari selatan. Saat gelombang datang, dia pasrah, tenang, tidak roboh, dan tidak diam. Kenapa sekuat itu? disitulah logikaku mulai ikut campur. Hampir setiap senja aku selalu melihat pohon kelapa dengan nasib yang sama, tidak roboh, tidak berubah, masih pasrah dengan angin dan laut yang selalu menyiksa dirinya menurutku. Sampai akhirnya aku menyadari, ken...