Selepas kau pergi, adakah ruang untukku melupakan? Matahari masih sama, teriknya masih menusuk ke dalam. Terbangun dari kematian yang sementara, aku rasa semua suasananya masih sama seperti keseharian yang biasa dilakukan. Kuikat sabuk dalam pinggang, kuseduh secangkir kopi, menikmati hari, menjalani profesiku sebagai penghuni warung kopi. Ya, aku bukanlah seorang master cheff yang ahli dalam bidangnya, jangan bilang juga aku adalah pengusaha besar. Apalagi, sampai kalian menyangka aku ini seorang abdi negara. Jangan salah sangka, dari secangkir kopi yang aku nikmati, adalah 1 sachet kopi yang biasanya aku jual pada makhluk lain. Hanya saja, rugi sekali bila aku melayani semua orang terus menerus, tanpa melayani aku, diriku. Kopiku masih sama, pahit dan asam bercampur ke dalam imajinasiku untuk berpikir. Memikirkan satu hal yang anehnya aku belum memikirkan sebelumnya. Kugenggam smartphone kesayanganku tiap pagi, selalu itu-itu saja dan tidak berubah. Hanya kurang! Siapa yang bi...
Selepas kau pergi, adakah ruang untukku melupakan? Adakah jarak untuk rasa melangkah? Adakah jeda untuk nada berkisah? Melaju dalam dimensi baru Hilang dan melangkah maju Mengikhlas untuk melepas Mengikis dalam memapas Ini kisah tak diinginkan semesta Tak ingin juga penulis untuk bercerita Hanya sebatas pengagum rahasia Namun waktu memilih jalan yang berbeda.